Jakarta, Bluefindo – PT Sri Rezeki Isman Tbk. (SRIL) atau Sritex dinyatakan pailit oleh Pengadilan Negeri Niaga Semarang dan Mahkamah Agung (MA). Menteri Ketenagakerjaan Yassierli menyebut kelalaian manajemen dalam mitigasi risiko sebagai penyebab utama pailitnya Sritex.
Hingga September 2022, total liabilitas Sritex mencapai US$1,6 miliar atau sekitar Rp25,9 triliun.
Putusan pailit ini membuat 10.000 buruh berencana unjuk rasa ke MA dan Istana Negara pada 14-15 Januari 2025. Mereka berasal dari Sukoharjo, Boyolali, dan Semarang.
Koordinator Serikat Pekerja Sritex Group, Slamet Kaswanto, mengatakan aksi ini untuk meminta MA mempertimbangkan nasib buruh.
Sritex pernah berjaya berkat pendirinya, Haji Muhammad Lukminto. Lukminto, lahir pada 1 Juni 1946, memulai karir sebagai pedagang tekstil di Solo sejak usia 20-an.
Pada 1966, Lukminto menyewa kios di Pasar Klewer dan menamainya UD Sri Redjeki. Bisnisnya berkembang pesat, dan pada 1968 dia membuka pabrik cetak pertama yang menghasilkan kain putih dan berwarna.
Sritex kemudian menjadi PT Sri Rezeki Isman pada 1980. Lukminto dikenal dekat dengan Presiden Soeharto dan Keluarga Cendana, yang membantu perkembangan Sritex.
Sritex mendapat banyak proyek pengadaan seragam dari pemerintah selama Orde Baru. Pada 1990-an, Sritex menerima pesanan seragam batik Korpri, Golkar, dan ABRI, yang membantu perusahaan meraih keuntungan besar.
