Jakarta, BFI – Kinerja saham PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) atau PGN diprediksi masih akan menyala. Katalisnya adalah meningkatnya margin dari distribusi gas.
Peluang pertumbuhan margin PGAS berhubungan dengan berakhirnya kebijakan Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT) pada 31 Desember 2024. PGAS mengenakan biaya untuk penggunaan gas industri sebesar US$ 16,77 per MMBTU, lebih tinggi dari HGBT yang sebesar US$ 6 per MMBTU.
Penelusuran tim CGS International Sekuritas Indonesia menemukan, PGAS saat ini membebankan biaya kepada pelanggan HGBT sebesar US$ 9-10 per MMBTU. PGAS juga memberlakukan biaya surcharge untuk regasifikasi gas sebesar US$ 15-17 per MMBTU guna memenuhi kebutuhan pelanggan terutama di pasar Jawa bagian Barat.
Retail Research Analyst CGS International Sekuritas Indonesia, Sharon Natasha, berpandangan bahwa hal itu menjadi katalis positif bagi PGN (PGAS) karena dapat meningkatkan spread distribusi gas.
“Harga gas dengan harga normal menjadi sentimen positif dari sisi pendapatan PGAS. Mayoritas pendapatan PGAS sebesar 66% berasal dari penjualan gas,” jelas Sharon baru-baru ini.
Sekitar 54% dari volume distribusi gas entitas Grup Pertamina tersebut juga didistribusikan kepada pelanggan HGBT. “Ini menjadi sinyal positif untuk harga saham PGAS,” tambah Sharon.
Sepanjang Januari-September 2024, PGN (PGAS) mencatatkan kenaikan laba bersih sebesar 32,7% secara year-on-year (yoy). Laba bersih tumbuh US$ 263 juta. Lonjakan tersebut didorong oleh pendapatan PGAS yang naik di kisaran 5% ke level US$ 2,81 miliar pada sembilan bulan 2024. Riset CGS International Sekuritas Indonesia memproyeksikan, spread distribusi gas yang akan diraih PGAS sebesar US$ 2 per MMBTU pada 2024F dan sebesar US$ 1,8 per MMBTU pada 2025-2026F.
“Kami menghitung, harga saham PGAS saat ini mengimplikasikan jika investor mengasumsikan spread distribusi gas sebesar US$ 1,75 per MMBTU untuk 2025-2026F. Kami memperkirakan, setiap kenaikan US$ 0,1 per MMBTU pada spread distribusi gas akan meningkatkan EPS PGS pada 2025F sebesar 7%,” tulis riset CGS yang disusun analis Bob Setiadi dan Rut Yesika yang dipublikasi baru-baru ini.
Broker efek itu juga menghitung, spread distribusi gas PGAS untuk pelanggan HGBT dibatasi pada US$ 1,4-1,5 per MMBTU pada 2024F. “Kami mengasumsikan, pemerintah pada akhirnya akan memperbarui peraturan HGBT karena itu kami mempertahankan proyeksi kami untuk saham PGAS dengan target harga Rp 1.800 didasarkan pada DCF (WACC: 11,9%, LTG: 1%),” menurut kedua analis.
Rekomendasinya yaitu Add dengan mengacu pada ekspektasi bahwa laba bersih PGAS pada tahun buku FY24-25F berpotensi meningkat seiring margin distribusi gas yang lebih baik.
Bob dan Rut mengingatkan risiko yang perlu diwaspadai investor terhadap saham PGAS seperti ketentuan lebih lanjut mengenai kontrak LNG, pasokan yang lebih rendah dari yang diekspektasikan dari Blok Corridor, dan lifting hulu yang lebih rendah dari Blok Pangkah. Sebaliknya, saham PGN (PGAS) menawarkan pembayaran dividen lebih tinggi dan permintaan distribusi gas yang lebih baik dari perkiraan industri di Jawa.
