Jakarta, BFI – Saham PT Alamtri Resources Indonesia Tbk (ADRO) turun 2,50% ke Rp 2.340 pada akhir perdagangan 9 Januari 2025.
Sebanyak 45,89 juta saham ditransaksikan, frekuensi 15.320 kali, dan nilai transaksi Rp 108,96 miliar.
Asing mencatatkan net sell saham ADRO Rp 17,7 miliar dengan nilai transaksi jual keseluruhan Rp 17,7 miliar.
Pada perdagangan 8 Januari 2025, saham Alamtri (ADRO) juga turun 2,83%. Dalam satu pekan terakhir saham ini anjlok 7,14%, dan terjun 38,74% dalam 3 bulan.
Laba bersih Alamtri Resources Indonesia (ADRO) diprediksi terjun bebas pada 2025, setelah melepas saham PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI) melalui IPO dan PUPS. Sejumlah broker memandang netral saham ADRO dalam 12 bulan ke depan.
Berdasarkan riset Macquarie, pendapatan Alamtri tahun 2025 diprediksi mencapai US$ 2,4 miliar, turun dari estimasi 2024 sebesar US$ 5,9 miliar. Laba bersih turun dari proyeksi 2024 US$ 1,39 miliar menjadi US$ 340 juta.
Selain turunnya porsi saham AADI, penurunan laba bersih ADRO disebabkan ekspektasi harga batu bara metalurgi yang lebih rendah. Batu bara jenis ini diproduksi PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR), mesin uang ADRO, setelah menjual saham mayoritas AADI.
Broker menurunkan proyeksi harga batu bara metalurgi selama 2025-2028 sebesar 10%, 19%, 25%, dan 12% menjadi US$ 225, US$ 260, US$ 240, dan US$ 230 per ton. Proyeksi laba bersih ADMR dipangkas 27% dan 43% pada 2025 dan 2026, sedangkan ADRO 26%.
“Target harga ADMR diturunkan dari Rp 2.100 menjadi Rp 1.600, dengan rekomendasi outperform,” tulis broker itu.
Meski begitu, masih ada beberapa kabar baik dari ADRO. Pertama, ADRO masih memegang 15,37% saham AADI, selepas IPO dan PUPS dari tadinya 100%. Ini terjadi karena keterbatasan dana dari pemegang saham ADRO untuk menebus saham AADI.
Kabar baik lainnya, ADRO memberikan kejutan ke pasar dengan memberikan dividen interim US$ 200 juta, merefleksikan imbal hasil 4%. Ini diambil dari laba bersih per September 2024. Cum dividen pada 27 Desember 2024, sedangkan pembayaran pada 15 Januari 2024.
Macquarie meng-upgrade saham ADRO menjadi netral dengan target harga Rp 2.500 dari tadinya Rp 2.000. Ini setelah memasukkan kepemilikan saham AADI, pembayaran dividen interim, dan estimasi baru capex. Broker ini tidak memasukkan proyek hijau ADRO, karena belum mulai konstruksi.
Katalis saham ADRO adalah kemajuan proyeksi energi hijau yang digarap. Risiko penurunan rating adalah volume dan harga batu bara metalurgi yang lebih rendah dari proyeksi serta tertundanya proyek energi hijau
