Jakarta, BFI – PT Hero Global Investment Tbk (HGII) resmi mencatatkan sahamnya di BEI pada Kamis, 9 Januari 2025.
Presiden Direktur HGII, Robin Sunyoto, mengatakan pencatatan ini menjadi tonggak sejarah penting bagi perseroan untuk meningkatkan bauran energi bersih. Langkah ini sejalan dengan target pemerintah menuju karbon netral pada 2060. Komitmen HGII dalam ekspansi bisnis energi ramah lingkungan juga sejalan dengan akselerasi energi baru terbarukan.
“Dana dari IPO HGII akan digunakan untuk ekspansi pembangkit EBT. HGII menargetkan memiliki dan mengelola pembangkit EBT dengan total kapasitas 100 MW pada 2031,” ungkapnya dalam keterangan resmi, Sabtu (11/1/2025).
Dana IPO HGII sebesar Rp 260 miliar akan digunakan untuk pembangunan PLTA berkapasitas 25 MW dan PLTM kapasitas 10 MW di Sumatra Utara.
PLTA 25 MW diestimasi mulai konstruksi tahun 2025, sedangkan PLTM 10 MW diestimasi mulai konstruksi tahun 2026. Kedua pembangkit hidro tersebut ditargetkan beroperasi secara komersial pada 2028. HGII akan membangun pembangkit hidro dengan total kapasitas 58 MW dan pembangkit EBT lainnya yaitu biomassa (8 MW), biogas (6 MW), dan surya (10 MW) dalam 6 tahun ke depan. Tujuannya memperkuat posisi perusahaan dalam pengembangan energi bersih di Indonesia.
Hero Global Investment berdiri sejak 2010. Sebagai perusahaan swasta nasional yang berkembang pesat di sektor energi terbarukan di Indonesia, HGII telah memiliki dan mengoperasikan PLTM Parmonangan-1 kapasitas 9 MW dan PLTM Parmonangan-2 kapasitas 10 MW di Desa Manalu Dolok, Kecamatan Parmonangan, Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatra Utara. HGII juga berinvestasi dengan saham minoritas pada PLTBg Ujung Batu kapasitas 3 MW di Riau. Setelah IPO, Shikoku Electric Power Company Inc (Yonden) melalui anak usahanya SEP International Netherlands BV (SEPI) akan mengakuisisi 25% saham HGII. Hal ini tertuang dalam perjanjian jual beli saham bersyarat (CSPA) yang ditandatangani akhir tahun 2024. “Dengan bergabungnya Yonden, komposisi saham HGII menjadi 55% dimiliki pendiri perseroan, Yonden 25%, dan publik 20%,” papar Robin.
Yonden tercatat di Tokyo Stock Exchange dengan kode saham TYO:9507 berdiri sejak 1951 dengan bisnis inti penyedia listrik di Shikoku, Jepang dengan portofolio pembangkit listrik 5.332 MW dari hidro, termal, nuklir, dan surya. Berdasarkan laporan keuangan Yonden per 31 Maret 2024, Yonden memiliki total aset Rp 167 triliun dan operating revenue sekitar Rp 81 triliun. Yonden berinvestasi di perusahaan energi mancanegara seperti Oman, Qatar, Chile, Amerika Serikat, Uni Emirat Arab, Arab Saudi, Myanmar, dan Vietnam.
Yonden merupakan kemitraan strategis bagi HGII untuk mempercepat pertumbuhan energi terbarukan di Indonesia. Dukungan teknis dan pengalaman Yonden dalam konstruksi, operasi, dan pemeliharaan pembangkit listrik akan memperkuat kemampuan HGII dalam memastikan kinerja pembangkit listrik yang stabil dan efisien.
“Kami optimistis dengan pertumbuhan konsumsi listrik Indonesia 5,4% per tahun, target bauran energi bersih 31% di tahun 2050, potensi energi baru terbarukan di Indonesia yang melimpah dan beragam, kontrak jangka panjang dengan pelanggan, kemitraan strategis dengan Yonden, maka HGII dapat mencapai target 100 MW pembangkit EBT pada 2031 dengan profitabilitas berkelanjutan,” tegas Robin.
